Jakarta Raut wajah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati langsung berubah, dari tertawa-tawa menjadi muram, ketika terus didesak soal penyebab kepindahannya dari Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, ke 1818 H Street NW, Washington, DC, Amerika Serikat, per 1 Juni nanti. Tapi, dalam wawancara dengan Tempo yang berlangsung selama hampir dua setengah jam di kantornya pada Rabu malam pekan lalu, tak sedikit pun ia mau membagi rahasia soal keputusannya itu. Toh, ada banyak hal menarik yang ia sampaikan. Berikut ini petikan wawancaranya. Kami dengar Anda sudah diminta Bank Dunia sejak tahun lalu. Kantor perwakilan Bank Dunia di Indonesia juga sudah mengetahui rencana kepindahan Anda sejak sebulan lalu?Ya, kutip saja pernyataan mereka (tertawa).Presiden Bank Dunia Robert Zoellick tahun lalu sudah berbicara ke pengusaha Jusuf Wanandi. Waktu itu Zoellick mengatakan Indonesia telah memperlakukan Menteri Keuangannya dengan sangat buruk. Karena itu ia merekrut Anda?Kalau begitu, kutip saja dari Pak Jusuf Wanandi, he-he-he.... Saya malah enggak tahu. Anda juga kan bisa bertanya langsung ke Robert Zoellick.Kalau disuruh memilih meneruskan reformasi birokrasi atau pindah ke Bank Dunia, mana yang akan dipilih?Setiap pekerjaan punya tantangan dan nilai tersendiri. Yang bisa saya katakan adalah dalam satu generasi belum tentu ada orang Indonesia yang akan terpilih di posisi itu. Jadi saya anggap itu tawaran yang prestisius. Pekerjaannya juga penting. Ini kesempatan yang boleh dibilang luar biasa.Tidak merasa ada kelompok yang mendorong mundur sebagai Menteri Keuangan?Soal analisis pernyataan tokoh-tokoh itu, biar Tempo saja yang mengerjakan.Bagaimana reaksi anak-anak?Ya, sebelumnya sudah saya ajak bicara bagaimana seandainya saya pindah ke sana.Anda katakan tadi "seandainya"... berarti betul Bank Dunia sudah lama meminta?(Tertawa) Wah, masih juga mengejar. Ndak. Saya baru bilang ke anak-anak kemarin kok (Rabu, 5 Mei). Bener.Setelah kasus Century, Dewan Perwakilan Rakyat memboikot Anda dalam rapat-rapat pembahasan perubahan anggaran. Merasa terganggu?Kalau DPR menggunakan hak politiknya untuk meng-exercise eksekutif, saya hormati saja. I'm not taking that personally. Saya menghormati power mereka sebagai legislatif. Hanya, kenapa persoalan Century harus dipersonalisasi kepada saya? Itu yang perlu dikritisi.Saya datang ke DPR kan berbekal amanat Presiden. Mereka mengundang saya dengan surat yang ditandatangani Ketua DPR dan memakai kop surat DPR. Undangan juga diproses dalam Badan Musyawarah DPR yang dihadiri wakil semua fraksi. Lha, kok, tiba-tiba ada yang menyatakan tidak suka kepada saya dan meminta saya tidak hadir.Anda kecewa?Bukan masalah kecewa, tapi kita semua bertanggung jawab membuat demokrasi ini menjadi lebih bermutu dan dewasa. Keprihatinan saya adalah kita kerap menggunakan standar ganda dalam berpolitik. Kalau enak, dipakai; kalau tidak, tidak dipakai. Ini membuat Indonesia tidak pernah dihormati di dunia internasional. Ketidakkonsistenan ini menurunkan reputasi kita.Lama dong nanti meninggalkan Indonesia?Kayak ke mana saja. Saya pasti kembalilah. I'll be back.source:
http://id.news.yahoo.com/tmpo/20100510/tbs-sri-mulyani-i-ll-be-back-25f80c9.htmlSUKA tak suka, fakta tak bisa dibantah, Sri Mulyani Indrawati memang wanita pertama, bahkan satu-satunya pada saat naskah ini ditulis, yang dilantik menjadi Menteri Keuangan Republik Indonesia.Juga tidak bisa dibantah menteri keuangan perempuan pertama ini juga yang pertama menyatakan mengundurkan diri di masa jabatan belum habis. Saya kenal Sri Mulyani sejak masa rezim Orde Baru masih berkuasa mutlak di persada Nusantara melalui berbagai forum seminar ekonomi, di mana kita berdua masih bergerilya sebagai pembicara.Yang menonjol pada wanita doktor ekonomi itu di samping profesionalisme kaliber unggul adalah keberanian menyatakan apa yang dianggapnya benar sebagai benar, dan yang keliru sebagai keliru tanpa pandang apa dan siapa yang dianggap keliru atau benar.Keberanian semacam itu tidak dimiliki para pembicara seminar, termasuk saya, yang masih takut bicara apa adanya akibat khawatir ada apanya di balik apa pun yang dibicarakan di masa kekuasaan rezim Orde Baru. Sri Mulyani memang bukan penganut paham tidak-semua-yang-benar-perludibicarakan- tetapi-apabila -bicara sebaiknya- secara-benar.Terkesan, seolah Mbak Ani tidak punya syaraf ketakutan.Setelah era Orde Baru diruntuhkan gerakan Reformasi, tiba masa kebebasan berbicara menyampaikan kritik tanpa khawatir dampak reaksi perlawanan dari yang dikritik (kecuali kelompok agama). Maka daya tarik seminar bergaya gerilya merosot akibat semua,bukan hanya pembicara seminar, berani bicara bebas sebebasnya bebas yang paling bebas.Sementara saya masih priapanggilan yang menunggu panggilan untuk bicara di forum seminar yang jumlahnya jauh menurun ketimbang masa belum ada kebebasan bicara, lambat namun pasti, Sri Mulyani mutasi profesi. Sri Mulyani bermutasi dari pengkritik kekuasaan ke pelaku kekuasaan tanpa meninggalkan sifat berani menyatakan yang benar sebagai benar, dan yang keliru sebagai keliru berdasar keyakinan dirinya sendiri. Keyakinan atas diri sendiri memang secara politis rawan ditafsirkan sebagai keras kepala, egois, egosentris, otoriter, bahkan arogan. Maka sejak diangkat Presiden SBY menjadi menteri keuangan, langsung para lawan politik SBY, terutama yang merasa kepentingannya terancam gelora semangat obsesi fanatisme Sri Mulyani untuk gigih melakukan reformasi (baca: pembersihan ) di Kementerian Keuangan,memasang kuda-kuda.Mereka bukan cuma defensif membela diri, namun juga agresif menyerang sang Menteri Keuangan yang kemudian dianggap termasuk 10 perempuan paling berpengaruh, bukan hanya di Indonesia, bahkan di dunia! Akibat tidak ada manusia yang sempurna, maka memang pasti tidak ada menteri, apalagi menteri keuangan, apalagi perempuan, yang sempurna.Jika dicari-cari dijamin pasti ditemukan ketidaksempurnaan pada setiap kebijaksanaan keuangan termasuk di khasanah bailout demi menyelamatkan bank dari musibah atau hikmah kebangkrutan. Di Amerika Serikat, terutama di masa krisis perbankan sedang asyik melanda negara adi-defisit terbesar di planet bumi itu, bailout sudah di-anggap lumrah maka tidak ada yang menggubris apalagi sibuk mempermasalahkannya.Namun lain ladang lain belalang,ternyata bailout di Indonesia malah menjadi senjata politik sakti mandraguna untuk merongrong pemerintah melalui jalur perbankan. Kebetulan Sri Mulyani sempat melaksanakan kebijaksanaan bailout demi menyelamatkan Bank Century dari kebangkrutan yang entah disengaja atau tidak. Maka kasus bailout Bank Century yang benar atau kelirunya bisa diperdebatkan tanpa batas akhir sampai mulut berbusa, langsung didayagunakan para lawan politik SBY sebagai senjata pamungkas untuk menggulingkan tahta kementerian Sri Mulyani.Bahwa Sri Mulyani akhirnya mengundurkan diri dari jabatan menteri keuangan merupakan fakta bahwa di Indonesia masa kini memang politik lebih berkuasa ketimbang moral dan profesionalisme.Tidak jelas yang keliru dalam peristiwa pengunduran Menteri Keuangan itu, apakah Sri Mulyani Indrawati atau mereka yang menginginkan perempuan pertama yang menjadi menteri keuangan RI itu mengundurkan diri? Jawaban silakan tanya ke rumput bergoyang
No comments:
Post a Comment