04 August 2011

Pasukan Komando Rahasia, Brandenburg

FIRST BRANDENBURGER - Brandenburg bertempur di banyak medan dengan misi mulai dari sabotase malam hari. Di Afrika Utara, mereka mejalankan tugas pengintaian jarak jauh. Jika kita sekarang mengenal apa yang disebut pasukan khusus atau pasukan komando, hal ini tidaklah terlepas dari apa yang dulu dikenal sebagai resimen rahasia Brandenburg Jerman. Pasukan inilah yang dianggap sebagai cikal bakal pasukan khusus zaman sekarang. Satuan Brandenburg merupakan basil gagasan cemerlang Laksamana Walter Wilhelm Canaris (1887-1945), pemimpin dinas rahasia militer Jerman atau Abwehr. Sebelum perang pecah, laksamana yang sebetulnya anti-Nazi ini telah merasakan perlunya pembentukan pasukan komando rahasia, yang mampu melakukan penetrasi sampai jauh di belakang garis musuh. Tugasnya terutama melakukan sabotase dan membukakan pintu bagi kelancaran serangan pasukan induk Jerman. "Pasukan ini harus terdiri dari orang-orang pemberani, keras, tak kenal ampun. Mereka harus mampu mengendap tersembunyi dalam jangka waktu lama, mandiri dalam segala hal, dan dalam kelompok-kelompok kecil mampu secara efisien menyelesaikan tugas-tugas yang tidak mungkin dilakukan satuan lebih besar," demikian Laksamana Canaris merumuskan pasukan komando bentukannya. Para anggota resimen komando memperoleh julukan Brandenburger, karena tempat pembentukan dan latihan pertama mereka semula tidaklah jauh dari Gerbang Brandenburg di Berlin. Pimpinan awal resimen adalah Kapten Theodor von Hippel, yang berpengalaman dalam perang gerilya di Afrika Timur yang merupakan koloni Jerman sebelum PD I. Dialah yang mengusulkan agar satuan rahasia ini dikirim diam-diam ke Cekoslowakia ketika timbul krisis 1938, untuk membantu penduduk Jerman di wilayah Sudeten memberontak terhadap pemerintahan Cekoslowakia. Semula rekrutmen untuk satuan pilihan ini terbatas dari rekomendasi perorangan, balikan mereka yang keturunan Yahudi pun direkrut. Selain memperoleh tempaan fisik dan keterampilan sebagai prajurit komando untuk peperangan modern, mereka juga mendapat berbagai latihan intensif dalam bahasa maupun adat kebiasaan asing. Satuan ini berada langsung di bawah komando Abwehr, mengingat penguasaan intelijennya mampu mengarahkan pasukannya ke sasaran-sasaran kunci di wilayah musuh. Karena tugas khususnya itu, pembentukan maupun keberadaan satuan komando ini pun semula amat dirahasiakan. Operasi militer pertama satuan komando ini adalah sewaktu invasi Jerman Nazi terhadap Polandia, September 1939. Sebelum pasukan Jerman menembaki dan melintasi perbatasan Polandia, satuan Brandenburger telah disusupkan masuk ke wilayah Polandia, untuk mengintai dan merebut sasaran-sasaran taktis seperti iembatan dan persimpangan strategis, sehingga serbuan pasukan induk tidak mengalami hambatan yang berarti. Operasi komando pertama. Sumbangan pasukan komando Brandenburg lebih kelihatan tatkala Hitler mengalihkan s as aran serbuannya ke barat, dengan menginvasi Belgia, Belanda dan Prancis pada musim semi 1940. Tanggal 8 Mei 1940, satuan komando ini dengan mengenakan seragam tentara Belanda menyusup ke wilayah Belanda untuk merebut jembatan Sungai Meuse (Belanda: Maas) di Gennep. Jembatan ini sangat strategis bagi pengaliran pasukan Jerman ke Belanda. Satuan kecil pimpinan Letnan Wilhelm Walther ini melakukan aksinya pukul 02.00, bertepatan dengan gerakan pasukan induk Jerman ke perbatasan. Ia bersama beberapa anak buahnya menyaru sebagai polisi militer Belanda yang mengawal sejumlah tawanan Jerman. Dengan cara itu kubu pertahanan Belanda di ujung jembatan yang tidak mengira mereka adalah tentara musuh, dengan cepat dapat dilumpuhkan dan direbut dengan korban tiga prajurit komando terluka. Namun uiung jembatan yang lain masih dikuasai pasukan Belanda dan mereka telah mendengar tembak-menembak di ujung yang lain dari iembatannya. Namun Walther dengan anak buahnya yang tetapberseragam polisi militer Belanda, dengan beraninya berlari ke arah pos. Pasukan Belanda yang sudah bersiap, temyata ragu-ragu karena takut tembakan mereka mengenai "polisi militemya" sendiri. Keraguan ini harus dibayar mahal, karena pos direbut dan detonator yang siap meledakkan jembatan dikuasai komando Jerman. Sesaat kemudian iringan pertama tank dan panser Jerman pun menggelinding aman menyeberangi jembatan utuh tersebut. Melindungi Ploesti Ladang minyak serta pusat penyulingan Ploesti di Rumania menjadi tumpuan pasokan bahan bakar Jerman Nazi bagi mesin perangnya. Karena itu dengan segala cara lokasi itu harus dijaga ketat agar tidak disabot atau diserang pasukan musuh. Mengingat Rumania adalah sekutu Jerman, tidaklah nyaman apabila di negeri itu dihadirkan pasukan Jerman secara mencolok, karena dapat menimbulkan rasa tidak senang rakyat Rumania. Karena itu Laksamana Canaris menghubungi dinas intelijen Rumania, Siguranza, untuk mengatur perlindungan terhadap Ploesti serta jalan air S. Donau (Danube) yang vital untuk jalur perhubungan air Austria —Rumania. Canaris dan kepala dinas rahasia Rumania, Moruzov pada bulan Mei 1941 menyepakati kerjasama. Untuk itu Batalion ke-2 Resimen Brandenburg dipindahkan dari Austria ke Rumania. Sesuai sifat kerahasiaannya, para prajurit komando disamarkan sebagai pekerja sumur minyak, pekerja pabrik penyulingan, petani bahkan sebagai kelompokpemuda dan atlet. Mereka tinggal di lingkungan masyarakat setempat, baik di kota Ploesti maupun di sekitarnya. Mereka mampu melakukan penyamaran dengan baik karena telah terlatih untuk tugas semacam itu. Selama melaksanakan tugasnya, prajurit Brandenburger antara lain berhasil menggagalkan usaha Inggris untuk merusak pintu-pintu air terpenting di S. Donau. Mereka juga mencegah pasukan komando Inggris, Special Air Service (SAS) yang bermaksud menghancurkan jembatan vital sungai tersebut di dekat Cernavoda, Rumania, yang menghubungkan ibukota Bukarest dengan Laut Hitam. Selain di Rumania, pasukan komando Brandenburg juga ditugaskan di tempattempat lain di Front Timur, yaitu setelah Hitler memutuskan menyerbu Soviet Rusia dengan Operasi Barbarossa. Bahkan sebelum serbuan itu dilancarkan pertengahan 1941, dinas rahasia Jerman merekrut orang Ukrainia untuk dimasukkan dan dilatih dalam Resimen Brandenburg. Mereka disusupkan kembali ke Ukrainia untuk membantu invasi Jerman, dan mereka berhasil merebut jembatan penting dan stasiun radio Soviet. Karena semangat nasionalisme yang tinggi, mereka pun terdorong untuk segera memproklamirkan Ukrainia yang bebas dan merdeka dari Uni Soviet. Akibatnya Jerman merasa bahwa pasukan komando Ukrainia loyalitasnya kepada Jerman pun meragukan, sehingga akhir 1941 pasukan ini dibubarkan. Tanpa pertumpahan darah Salah satu prestasi Resimen Brandenburg yang luar biasa di Front Timur terjadi di Rusia bagian selatan, yaitu upaya merebut ladang-ladang minyak di Maikop. Sepasukan komando dipimpin Baron Adrian von Folkersam, Agustus 1942 menyusup jauh ke belakang garis Soviet dengan menggunakan truk-truk Tentara Merah dan berseragam pasukan Soviet dan NKVD, Dinas Rahasia Soviet. Di tengah jalan mereka bertemu dengan sejumlah besar pasukan Rusia yang desersi. Folkersam dan anak buahnya yang mahir berbahasa Russia bertindak seolaholah mereka adalah pasukan Soviet, dan meyakinkan para pelarian itu untuk kembali berjuang di pihak Rusia. Mereka pun menurut dan berbalik ke arah Maikop bersama pasukan komando Jerman yang menyamar. Di Maikop, Folkersan yang menyaru sebagai perwira NKVD menemui koman dan Soviet di Maikop, yang kemudian mengantarnya meninjau pertahanan Soviet di daerah itu. Dengan demikian Folkersan mengetahui kondisi pertahanan musuh, dan is pun segera merencanakan bagaimana merebut Maikop. Sementara pasukan induk Jerman pada 8 Agustus sudah berada sekitar 20 km dari Maikop. Namun yang dikhawatirkan Jerman adalah perlawanan pihak Rusia di Maikop dan penghancuran obyek vital, termasuk ladang perminyakan. Karena itu Folkersan segera bertindak dengan sasarannya pusat komunikasi Rusia. Serangan dengan granat itu untuk menimbulkan kesan terjadinya serangan artileri. Sesudah itu Folkersan yang masih menyaru sebagai perwira NKVD, memberitahu para perwira Rusia di kota Maikop bahwa pengunduran diri segera dari Maikop telah diperintahkan. Karenapusat komunikasi di Maikop telah rusak oleh serangan komando Brandenburg, pimpinan pasukan Rusia tidak mungkin melakukan kontak keluar untuk mengecek pengunduran diri tadi. Akhimya mereka pun dapat diyakinkan, dan pasukan Soviet yang mempertahankan Maikop dan sekitamya segera ditarik mundur. Esok harinya, pasukan Jerman dengan mudah masuk ke Maikop yang utuh dan meraih kemenangan tanpa pertumpahan darah sama sekali berkat jasa Brandenburger. Aksi di utara Di Front Timur, resimen pasukan komando rahasia Jerman juga beraksi di bagian utara, yaitu untuk mengacaukan Murmanks, kota pelabuhan penting Russia di Laut Barents yang dingin. Jenderal Diet! yang memimpin pasukan Jerman di Front Utara mengalami kesulitan mencapai pelabuhan yang menjadi pintu masuk bantuan dari sekutu (AS) ke Rusia. Akhir 1941, Died memanggil Jenderal Schoerner, seorang Brandenburger, yang kemudian merancang serangan komando untuk menghancurkan pengaliran barang bantuan tersebut dengan merusak jalur-jalur perkeretaapian. Serangan udara berkali-kali telah dilancarkan Jerman terhadap Murmanks dan jalur kereta apinya, namun setiap kali pula orang Rusia dengan cepat memperbaikinya kembali. Karena itu Jerman mengharap serangan komando akan dapat melumpuhkan lebih lama jalur transportasi tersebut. Tugas ini dibebankan kepada Kompi ke-15 Resimen Brandenburg, yang anggotanya sebagian besar terdiri dari orang Ukrainia, Belorussia dan orang Jerman dari Volga dan Balkan. Mengingat Wilayahnya yang dekat kutub dan bersalju, pasukan ini pun dibantu pasukan ski serta puluhan ekor anjing terlatih untuk daerah kutub. April 1942 pasukan komando ini siap dan diberangkatkan. Karena kurangnya penunjuk jalan yang memadai, ditambah lebatnya hutan dan tidak adanya perahu karet untuk menyeberangi sungai serta danau yang banyak terdapat di kawasan itu, pasukan ini tidak berhasil mencapai sasaran. Musim panas Juli 1942, dengan penunjuk jalan dari Finlandia, pasukan komando ini berangkat lagi memasuki Semenanjung Karelia. Untuk tidak menimbulkan kecurigaan, pesawat Jerman menghentikan pengintaiannya di daerah yang akan dilalui pasukan komando. Semua tanda-tanda kemiliteran Jerman dan Finlandia dilepas dari seragam. Mendekati Murmanks, mereka memasang peledak di sepanjang rel kereta pada jarak yang cukup berjauhan. Dalam beberapa hari, kereta api Soviet yang memuat barang bantuan dari Murmanks pun berledakan dan terguling satu persatu. Ribuan pasukan dan polisi rahasia Soviet dikerahkan untuk menyelidiki. Sejumlah penduduk sipil yang tidak tahu apa-apa menjadi sasaran penembakan NKVD. Bahkan para prajurit Soviet sendiri yang baru kembali dari patroli juga menjadi korban. Mereka ini semuanya dicurigai sebagai penyabot rel-rel NKVD tidak mengira satuan komando Jerman dapat sampai ke wilayah tersebut. Setelah dinilai cukup mengacaukan transportasi musuh dan keadaan makin membahayakan, kompi Brandenburgpun ditarik kembali ke Tugas terakhir Pasukan komando Brandenburg ini juga pernah ditugaskan di Afrika Pimpinan Korps Afrika, Jenderal Rommel memberi mereka kebebasan bertindak namun melarang satuan komando ini mengenakan seragam musuh. Rommel memang dikenal sebagai perwira yang bersikap gentleman dalam berperang. Satuan rahasia ini antara lain pernah berusaha melakukan infiltrasi ke kota Kairo, pusat komando Inggris di Timur Tengah, namun gagal. Mereka juga pernah mengadakan pertemuan dengan para pejuang nasionalis Mesir, termasuk Anwar Sadat (yang kemudian menjadi Presiden Mesir) di kota Asyut di wilayah Mesir. Tugas Resimen Brandenburg terakhir adalah di wilayah Balkan, ketika pada akhir 1943 pasukan ini diterjunkan dengan payung ke Pulau Kos yang diduduki Inggris. Gugusan pulau-pulau Dodecanese di Laut Tengah yang dikuasai Inggris itu dikhawatirkan akan dijadikan pangkalan bagi serbuan besar Inggris ke wilayah Balkan. Sesudah merebut Kos, pasukan komando diterjunkan lagi ke Pulau Leros yang merupakan pangkalan laut Inggris. Pasukan komando ini berhasil memo-tong pasukan lawan menjadi dua, di selatan dan utara pulau. Upaya Inggris mengusir pasukan komando musuh selalu gagal. Akhirnya sesudah melalui pertempuran sengit, pasukan komando Jerman ini mengakhiri perlawanan musuhnya dengan menawan 3.200 pasukan Inggris dan 5.350 pasukan Italia yang telah memihak Sekutu. Sukses besar ini merupakan tugas terakhir Brandenburg sebagai resimen pasukan komando yang dirahasiakan. Sejak akhir 1942 komando tertinggi Jerman berangsur ingin mengubah kekuatan dan bentuknya dari resimen komando menjadi divisi pasukan konvensional. Sebagai divisi, Brandenburg dalam peperangan konvensionalnya banyak beraksi di Front Timur dengan sukses sampai kehancurannya ketika Jerman terpukul mundur oleh Rusia. (rb)

No comments:

Post a Comment