07 February 2011

Mathias Ibo Fisioterapis bukan Tukang Pijit (Dulu Menangani Tim Me dis Timnas)

TERJAWAB sudah ke mana fisioterapis tim nasional (timnas) Indonesia di Piala AFF 2010, Mathias Ibo, bernaung. Pria yang akrab dipanggil 'Bule' itu memilih bergabung dengan klub di Liga Primer Indonesia (LPI), Persema Malang. Di sana, dia dikontrak tiga tahun.Sosok Mathias tergolong khas dan menawan. Dibilang khas, pria blasteran Dayak (Indonesia) dan Swiss itu selalu identik dengan baju staf tanpa lengan. Kerjanya juga optimal.Mathias sukses menyembuhkan cedera kapten Firman Utina dan pemain sayap lincah Oktovianus Maniani, sehingga mereka dapat bermain pada final leg pertama Piala AFF 2010 melawan Malaysia (26/12/2010).Tak hanya itu, dia juga membetulkan bahu kanan penjaga gawang Markus Harison yang dislokasi. Bisa jadi, tanpa Mathias, badai cedera akan melanda skuat inti timnas sejak babak-babak awal turnamen Piala AFF 2010 lalu.Meski begitu, kegemilangannya menjaga kondisi prima para pemain tidak membuatnya jumawa. Dia selalu merasa, sumbangsihnya bagi timnas belum terbilang besar. Dia hanya terdorong agar para pemain mendapatkan penyembuhan secara tepat dan terarah di kala cedera."Semua itu buah dari kerja keras tim medis. Saya dan tim official lainnya berjuang agar pemain-pemain bisa menjaga kebugaran mereka, sehingga tak gampang cedera. Saya juga selalu mencoba untuk memberi yang terbaik saat mereka datang dengan berbagai pertanyaan tentang permasalahan kesehatan mereka," imbuh Mathias, melalui surat elektronik yang ia kirimkan dari Brisbane, Australia, Selasa (2/2).Bukan tukang pijatKiprah Mathias dalam timnas Indonesia dimulai tidak sengaja. Lulusan jurusan sport physiotherapists Universitas Thim Van Der Laan, Utrecht, Belanda, itu bertemu dengan mantan ketua Badan Tim Nasional (BTN) PSSI Iman Arif pada sebuah acara, ketika Mathias mengunjungi keluarganya di Malang. Setelah terlibat pembicaraan secara intensif dengan Iman Arif seputar fisioterapis yang sudah lazim di persepakbolaan Eropa, Mathias pun dipinang untuk menjadi fisioterapis timnas Indonesia."Pak Iman Arif meminta saya menjadi fisioterapis timnas. Pak Iman memang sangat concern dalam hal-hal yang berhubungan dengan sport science," ungkap Mathias.Kehadiran fisioterapis di timnas Indonesia memang hal baru, karena fisioterapi belum populer di sini. Sebelumnya timnas hanya mengandalkan dokter tim dan tukang pijat untuk menangani pemain yang cedera. Kendati dibilang baru, Mathias menolak bila peran fisioterapi disamakan dengan dokter apalagi tukang pijat.Menurutnya, ada perbedaan yang jelas antara tugas dokter tim dan fisioterapis, apalagi tukang pijat. Lelaki yang selama empat tahun terakhir bekerja di sebuah klinik di Heerenveen, Belanda, itu mengungkapkan, pemijatan terhadap para pemain cedera selama ini acap dilakukan sangat berbahaya dan bisa merusak otot. Mathias sendiri tidak pernah melakukan pemijatan terhadap pemain yang cedera."Fisioterapis bukan masseur. Masing-masing mempunyai peranan sendiri. Tugas utama saya adalah mendiagnosis cedera para pemain. Setelah itu, saya membuat program penyembuhan. Saya harus susun program latihan seperti apa sehingga pemain yang cedera cepat pulih. Itulah seni fisioterapi," tegas lulusan Belfast Bible College, Irlandia Utara, Inggris Raya itu.Easy tapingMenurut suami Marita de Jong itu, banyak cara yang lebih tepat untuk menangani pemain. Misalnya, memberikan easy taping berwarna-warni pada bagian tubuh pemain yang mengalami cedera."Easy taping sudah sangat lumrah digunakan di Eropa. Itu bukan terapi, melainkan untuk meringankan rasa sakit. Kalau ada bagian tubuh yang bengkak, jika ditempeli itu, dalam tiga hari pasti hilang (bengkaknya)," terang Mathias yang mengaku kesulitan mencari easy taping di Jakarta.Mathias membuktikan diri sebagai terapis profesional. Di tangannya, pasukan Merah Putih yang dibekap cedera saat bertanding mengalami kesembuhan yang relatif cepat hingga mampu kembali tampil prima pada laga-laga selanjutnya. Berkat program-program yang dirancang Ibo, pelatih Alfred Riedl tidak dipusingkan dengan bencana cedera para pemainnya. Apalagi, di Indonesia terkadang masih susah untuk mendapatkan barang spesifik, sehingga dia dituntut untuk bekerja secara kreatif."Hal terpenting dalam menangani para pemain yang cedera adalah jujur, to the point mengenai cedera yang dialaminya. Dan secara bersamaan mencoba menyemangatinya agar tidak frustrasi mengenai cederanya," ungkap Mathias.Cita-citaPeranan seorang Mathias Ibo memang tak bisa dipandang sebelah mata. Seusai ikut serta mengawal Garuda menembus partai puncak Piala AFF 2010 bersama timnas, ke depan ia mengaku mempunyai mimpi mendirikan pusat rehabilitasi bagi atlet maupun pemain yang cedera di Indonesia."Saya ingin mendirikan sport clinic bagi atlet atau pemain yang cedera di Indonesia. Sebab, saat ini pusat rehabilitasi seperti itu belum banyak di Tanah Air. Apalagi, para pemain mendapatkan penyelesaian cedera dengan kurang tepat dan tidak terarah. Itu mendorong saya untuk menolong para pesepak bola pulih dari cedera," ujarnya.Meskipun kini dia bergabung dengan Persema Malang, Mathias mengaku tetap terbuka untuk menolong para pemain timnas."Secara official mungkin kita terpisahkan. Tapi di hati, mereka (timnas) sudah menjadi bagian dari saya. Saya sangat senang bila dapat membantu timnas Indonesia," ujarnya

No comments:

Post a Comment